Search This Blog

Wednesday, September 29, 2010

Akses keluar di tutup, Warga pendatang terisolasi

Warga pendatang di Tarakan, Kalimantan Timur, hingga Rabu (29/9) terisolasi dan tidak bisa keluar dari wilayah setempat. "Kami ingin keluar dari Tarakan, tapi tidak bisa," kata Koendariyati, warga pendatang asal Bojonegoro, Jawa Timur, saat dihubungi TEMPO dari Surabaya, Rabu petang ini.

Koendariyati menjelaskan, akses untuk keluar dari Tarakan selama ini, selain melalui Bandara, juga melalui pelabuhan laut. "Tapi hari ini tidak ada penerbangan," ujarnya.

Keluarganya di Jawa Timur, kata Koendariyati yang biasa disapa Koen, sudah berusaha membelikan tiket penerbangan di Bandara Juanda, Surabaya. "Tapi penerbangan menuju atau dari Tarakan ditutup hingga tanggal 1 Oktober mendatang," tuturnya.

Siang tadi, dirinya beserta keluarga nekad berangkat ke pelabuhan dengan mengendarai mobil agar bisa keluar dari Tarakan. Namun kapal yang ada di pelabuhan tidak ada yang bersedia memberangkatkan warga pendatang yang ingin keluar dari Tarakan. "Kami terisolasi, mau tidak mau harus tetap di Tarakan," ucapnya cemas.

Warga pendatang banyak yang bertahan di bandara dan pelabuhan laut agar bisa segera keluar dari Tarakan. "Pelabuhan dan bandara tidak mau memberangkatkan kami meski banyak warga pendatang memohon-mohon. Aku sekarang cuma pasrah," paparnya lirih.

Ia mengatakan kondisi Kota Tarakan saat ini lengang seperti kuburan. Setiap rumah warga tertutup dan tidak ada aktivitas. "Warga yang tinggal di pinggir Kota memilih bertahan di rumah dan mengunci pintu.” Meskipun demikian, Koen mengatakan ia dan keluarganya bersiap-siap mengungsi jika bentrokan kembali terjadi.

Koen menceritakan tempat pengungsian yaitu Markas Brimob dan Kodim tidak cukup dihuni seluruh warga pendatang, dan kondisinya tidak layak. "Kamar mandinya hanya sedikit," katanya.

Yuliana Lelita, warga pendatang yang bekerja di salah satu bank di Tarakan melalui hubungan telepon menambahkan, warga pendatang yang domisilinya di pusat Kota Tarakan memilih tetap mengungsi. "Gak masalah asalkan kami aman," ujar dia.

Warga masih bertahan dipengungsian dan takut keluar dari pengungsian untuk kembali ke rumah masing-masing. Yang menjadi kegelisahan warga adalah logistik yang semakin menipis. Warga saat ini berusaha mengumpulkan logistik sebanyak-banyaknya untuk bertahan di pengungsian hingga kondisi aman. "Warung dan toko makanan semuanya tutup."

Related Articles



No comments:

Post a Comment