Perundingan yang dipimpin oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faruk dengan dua kelompok masyarakat yang bertikai di Tarakan, Kalimantan Timur hari Rabu malam (29/09) berhasil menelurkan kesepakatan untuk menghentikan aksi-aksi kekerasan.
"Mereka sudah sepakat untuk mengakhiri pertikaian dan perselisihan dan sepakat pula untuk menyelesaikan persoalan ini kepada pihak kepolisian," jelas Kepala Humas Polda Kalimantan Timur, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta kepada BBC Indonesia.Antonius mengakui bahwa ini bukan kesepakatan damai pertama yang dicapai oleh kedua pihak yang bertikai dalam minggu ini namun dia mengatakan yakin kesepakatan ini akan dipatuhi dan dilaksanakan.
"Memang benar pernah ada kesepakatan sebelumnya. Tetapi dalam rapat malam tadi, dipimpin langsung oleh Gubernur, ada Panglima Kodam, Wakapolda, asisten operasi dari Mabes Polri dan dari kedua belah pihak yang bertikai beserta tokoh-tokoh adatnya," tegas dia.
Selanjutnya Antonius menambahkan bahwa kalau ada yang melanggar kesepakatan ini, maka kedua pihak sudah setuju, penyelesaiannya akan ditangani polisi dengan memakai aturan yang ada.
Situasi keamanan Kota Tarakan Selasa lalu dilaporkan tegang, meski wakil dua kelompok warga yang terlibat bentrokan kembali dipertemukan oleh Walikota Tarakan dan pejabat keamanan.
Bentrokan terulang kembali pada Selasa malam dan Rabu pagi, yang melibatkan warga pendatang Bugis dan warga Dayak asli Tarakan. Beberapa warga dari kedua kelompok etnis itu sebelumnya terlibat perselisihan hari Minggu (26/9).
Bentrok massal di Tarakan bermula dari perselisihan antara warga pendatang Bugis dan warga Dayak hari Minggu.
Aparat keamanan menyatakan insiden ini berawal dari peristiwa kriminal, bukannya konflik antaretnis.
Keterangan resmi kepolisian menyebutkan seorang pemuka adat warga Dayak bernama Abdulah tewas dibunuh sekelompok anak muda yang belakangan diketahui adalah warga etnis Bugis.
No comments:
Post a Comment