Guna mengendalikan situasi keamanan di Tarakan, Kalimantan Timur, pemerintah telah mengirimkan satu batalyon TNI dan satu batalyon Brimob.
Ratusan personel keamanan tersebut telah berada di Kalimantan Timur sejak semalam. “TNI 1 batalyon dan Brimob 1 batalyon,” ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri di Jakarta, Rabu (29/9/2010).
Perlu diketahui, Jumlah personel batalyon infanteri kurang lebih 700 hingga 1.000 orang. Batalyon biasanya dipimpin seorang Mayor (senior) atau Letnan Kolonel.
Kapolri menjelaskan, selain pasukan yang sudah dikirim ke Kalimantan Timur, pihaknya kini tengah menyiapkan bantuan personel tambahan dari Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Seperti diketahui, dua kelompok masyarakat di Tarakan terlibat bentrok berkelanjutan. Bentrok pertama terjadi pada Senin 27 September. Bentrokan dipicu kematian seorang tokoh adat yang juga imam masjid bernama Abdullah (45), pada Minggu malam. Abdullah meninggal dunia akibat luka tusukan oleh sekelompok pemuda setelah berupaya melerai perkelahian yang melibatkan anaknya.
Dalam kasus ini, polisi telah menahan tiga tersangka penganiayaan dan pengeroyokan Abdullah. Yaitu Br (20), Aa (16), dan Ln (20).
Massa dari Persatuan Suku Asli Kalimantan atau Pusaka lantas mendatangi Mapolresta Tarakan. Mereka mempertanyakan proses hukum terhadap pelaku pembunuhan Abdullah dan menuntut agar para tersangka diserahkan kepada mereka.
Bentrokan kemudian meluas di antara dua kubu yang bertikai. Bentrokan antara kedua kubu kembali terjadi pada tadi pagi. Bahkan bentrokan yang semula terjadi di kawasan pinggiran Tarakan kini meluas ke dalam kota.
Warga pun terpaksa mengungsi ke Mako Pangkalan TNI AL agar tidak menjadi korban amuk massa. Dikabarkan bentrokan di Tarakan telah mengakibatkan tiga korban tewas. Hingga kini situasi di Tarakan masih mencekam.
No comments:
Post a Comment